
Yogyakarta Siap Jadi Pusat Wisata Ramah Muslim Berkelas Dunia
Yogyakarta tengah bersiap mencatat sejarah baru di sektor pariwisata. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memiliki target untuk menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai salah satu pusat wisata ramah Muslim berkelas dunia. Langkah ini dimulai dengan penilaian Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2025 yang resmi dimulai di Kota Gudeg.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Hariyanto, menjelaskan bahwa Yogyakarta menjadi salah satu dari 15 provinsi unggulan yang dinilai secara komprehensif. Penilaian ini dilakukan melalui kunjungan lapangan atau site visit ke beberapa titik strategis, termasuk Restoran Sekar Kedhaton, pada Jumat, 8 Agustus 2025.
“Tujuan kami adalah melihat langsung pelayanan dan daya tarik wisata, agar bisa mengukur sejauh mana Yogyakarta siap memenuhi kriteria destinasi wisata ramah Muslim,” ujar Hariyanto.
Meski fokusnya pada wisata ramah Muslim, konsep ini tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu. Hariyanto menegaskan bahwa IMTI bersifat inklusif, dengan tujuan utama meningkatkan pelayanan untuk semua wisatawan tanpa memandang latar belakang. Layanan ini mengutamakan kebersihan, kenyamanan, dan kemudahan yang bisa dinikmati oleh siapa saja.
Kriteria Penilaian yang Komprehensif
IMTI 2025 menilai 15 provinsi unggulan, yaitu Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan DIY. Penilaian ini menggunakan kerangka ACES (Access, Communication, Environment, Services), yang juga digunakan dalam standar global Global Muslim Travel Index (GMTI).
Program IMTI merupakan kolaborasi antara Kemenparekraf dan Bank Indonesia. Tujuannya adalah memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi wisata halal terkemuka di dunia. Dengan modal keindahan alam, keragaman budaya, serta status sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia diyakini mampu menjadi pusat pariwisata halal global.
“Oleh karena itu, pada 2025 ini kita mendorong penuh IMTI agar Indonesia kembali berada di puncak destinasi wisata ramah Muslim dunia,” tegas Hariyanto.
Fokus pada Pengalaman Wisatawan
Selain mengejar predikat, pemerintah ingin memastikan bahwa setiap wisatawan yang datang ke Yogyakarta, baik Muslim maupun non-Muslim, mendapat pengalaman terbaik. Mulai dari kemudahan akses tempat ibadah, pilihan kuliner halal, hingga standar kebersihan tinggi, semua dirancang untuk meningkatkan daya tarik wisata dan kepuasan pengunjung.
Beberapa aspek yang diperhatikan dalam penilaian IMTI antara lain:
- Akses: Ketersediaan fasilitas yang mudah diakses oleh semua jenis wisatawan.
- Komunikasi: Penyampaian informasi yang jelas dan akurat.
- Lingkungan: Kebersihan dan kenyamanan lingkungan wisata.
- Layanan: Kualitas pelayanan yang memadai dan ramah.
Dengan langkah strategis ini, Yogyakarta tidak hanya memperkuat citranya sebagai destinasi budaya dan sejarah, tetapi juga mengukuhkan posisinya di peta pariwisata global sebagai kota ramah Muslim kelas dunia. Proses penilaian IMTI 2025 diharapkan akan memberikan wawasan yang lebih dalam tentang potensi wisata ramah Muslim di Yogyakarta dan wilayah lainnya di Indonesia.