
Pengalaman Penumpang Muslim yang Terkejut dengan Menu Mengandung Daging Babi di Penerbangan Singapore Airlines
Seorang penumpang Muslim asal Singapura, Jey, menjadi perhatian setelah menerima hidangan yang mengandung daging babi saat penerbangan Singapore Airlines (SIA) ke New York. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang ketersediaan makanan halal dalam layanan maskapai tersebut.
Jey, yang terbang dalam kelas bisnis, memesan layanan minuman khusus untuk penumpang Muslim pada penerbangan SQ24. Selain itu, ia juga memilih opsi Book the Cook (Pesan Juru Masak) untuk makan siangnya. Hidangan yang dipesannya adalah grilled mediterranean salad with prosciutto. Karena ragu dengan istilah "prosciutto", Jey bertanya kepada salah satu awak kabin. Awak kabin menjelaskan bahwa hidangan tersebut bukan bacon dan aman untuk dikonsumsi.
Setelah mulai memakan hidangan tersebut, Jey merasa tekstur dan rasanya agak berbeda. Ia kemudian mencari tahu arti dari kata "prosciutto". Setelah mengetahui bahwa prosciutto adalah olahan daging babi, Jey merasa terkejut dan langsung mengonfrontasi awak kabin. Menurut informasi yang didapat, awak kabin yang menjawab pertanyaan Jey adalah staf junior yang tidak mengetahui bahwa prosciutto termasuk daging babi.
Akibat kejadian ini, Jey memberikan protes kepada SIA karena merasa dirugikan. Maskapai menawarkan beberapa voucher senilai S$150 (sekitar Rp 1,9 juta), serta program poin KrisFlyer sebesar 15.000 dan 30.000 mil. Namun, Jey menolak tawaran tersebut karena merasa nilainya tidak sepadan dan menganggap kejadian ini sebagai penghinaan.
“Tidak ada orang beriman, baik Muslim, Yahudi, Hindu, atau lainnya, yang dengan sengaja melanggar aturan diet suci demi mendapatkan 30.000 mil,” ujar Jey. Ia juga menegaskan bahwa sebelum hidangan disajikan, tidak ada penjelasan atau label yang menyatakan bahwa menu tersebut mengandung daging babi.
Menanggapi kejadian ini, SIA mengakui bahwa kru kabin yang bertugas tidak yakin bahwa prosciutto adalah olahan babi. Meski demikian, mereka tetap menyajikan makanan tersebut tanpa konfirmasi lebih lanjut. SIA menyampaikan permintaan maaf kepada pelanggan dan berkomitmen untuk melakukan evaluasi serta pelatihan tambahan bagi kru kabinnya. Langkah ini dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang, terutama terkait pemahaman menu halal dan penyajian makanan sesuai standar diet penumpang.
“Ketika awak kabin kami menyadari bahwa pelanggan tersebut tidak mengonsumsi daging babi, mereka langsung meminta maaf, menyingkirkan hidangan tersebut, dan menawarkan alternatif,” kata juru bicara SIA.
Pentingnya Kehalalan Makanan dalam Layanan Penerbangan
Kehalalan makanan menjadi aspek penting dalam layanan penerbangan, terutama bagi penumpang Muslim yang membutuhkan menu sesuai aturan tertentu. Bagi umat Muslim, memilih makanan halal dan menjauhi yang haram merupakan bagian penting dari gaya hidup sehari-hari.
Dalam situasi seperti ini, maskapai penerbangan harus memastikan bahwa semua penumpang, terutama yang memiliki kebutuhan khusus, mendapatkan layanan yang sesuai dengan prinsip dan keyakinan mereka. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan kepuasan pelanggan, tetapi juga dengan reputasi dan tanggung jawab sosial maskapai.
Selain itu, kejadian ini juga menjadi pengingat bahwa komunikasi antara penumpang dan awak kabin sangat penting. Penjelasan yang jelas dan akurat tentang menu dapat mencegah kesalahpahaman dan membantu penumpang membuat pilihan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kesimpulan
Insiden yang dialami oleh Jey menunjukkan betapa pentingnya transparansi dan komunikasi dalam penyajian makanan di pesawat. Ini juga menjadi momentum bagi maskapai penerbangan untuk meningkatkan pemahaman dan pelatihan kru kabin terkait kebutuhan makanan halal dan kebijakan diet penumpang. Dengan langkah-langkah seperti ini, layanan penerbangan bisa lebih inklusif dan memenuhi harapan seluruh penumpang, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus.