
Indonesia sebagai Contoh Tunggal di Antara Negara-Negara OKI
Indonesia memiliki posisi yang unik dalam lingkup negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Dari sekian banyak negara yang tergabung dalam organisasi ini, hanya sedikit yang mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil serta mengelola sumber daya secara baik, bahkan di tengah situasi ketidakpastian global. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan hal ini dalam acara Sarasehan Nasional Ekonomi Syariah.
Menurutnya, sebagian besar negara OKI dapat dibagi menjadi dua kelompok utama. Pertama, kelompok negara miskin yang rentan dan bahkan terlibat dalam konflik bersenjata. Kedua, kelompok negara kaya sumber daya alam seperti minyak dan gas, khususnya negara-negara di kawasan Teluk. Namun, tidak banyak negara yang berada di tengah antara kedua kelompok tersebut, yaitu negara yang mampu tumbuh dengan baik dan stabil.
“Indonesia adalah salah satu dari sedikit negara yang berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang baik dan stabil,” ujar Sri Mulyani. Ia menilai bahwa Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadi contoh bagi dunia Islam akan sebuah negara yang mampu menjalankan nilai-nilai keislaman sekaligus menjadi kekuatan ekonomi yang kuat.
Peluang untuk Menjadi Pemimpin Ekonomi Syariah
Sri Mulyani menekankan bahwa masih jarang ditemukan negara mayoritas Muslim yang sukses menjadi kekuatan ekonomi besar. Dalam konteks ini, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengisi kerinduan dunia Islam akan adanya negara besar yang mampu menjalankan prinsip-prinsip keislaman dalam sistem pemerintahan dan ekonominya.
Untuk mewujudkan visi ini, pemerintah telah merancang strategi pembangunan yang berbasis dari akar rumput. Salah satu inisiatif utamanya adalah platform Astacita Presiden Prabowo Subianto. Program ini mencakup berbagai inisiatif seperti Koperasi Merah Putih, pemeriksaan kesehatan gratis, makan bergizi gratis, sekolah rakyat, hingga pemberdayaan kampung nelayan.
Dana yang Disiapkan untuk Koperasi Merah Putih dan Makan Bergizi
Dalam penyampaianannya, Sri Mulyani menjelaskan bahwa dana yang dialokasikan untuk Koperasi Merah Putih bisa mencapai lebih dari Rp250 triliun jika setiap desa dan kelurahan menerima alokasi sebesar Rp2,5 miliar. Anggaran ini dirancang untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat secara langsung melalui koperasi-koperasi yang berada di tingkat daerah.
Selain itu, program Makan Bergizi pada tahun 2024 telah dialokasikan sebesar Rp71 triliun, dengan tambahan cadangan sebesar Rp100 triliun. Jika pada tahun 2026, sebanyak 82 juta penerima manfaat mendapatkan akses ke program ini, nilainya bisa melebihi Rp300 triliun.
Integrasi Nilai-nilai Keislaman dalam Ekonomi Syariah
Sri Mulyani juga menyerukan kepada pelaku ekonomi syariah untuk mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dalam tata kelola berbagai program yang ada. Hal ini termasuk dalam rantai pasok pangan halal dan pemberdayaan pesantren. Ia menekankan bahwa wadah yang tersedia sudah cukup lengkap, sehingga tugas selanjutnya adalah mengisi dan memperkuat nilai-nilai tersebut.
“Infusing value adalah tugas kita semua,” katanya. Dengan demikian, peran masyarakat dan pelaku bisnis syariah sangat penting dalam memastikan bahwa program-program tersebut tidak hanya berdampak sosial namun juga memperkuat prinsip-prinsip keislaman.
Peran APBN dalam Memperkuat Ekosistem Ekonomi Syariah
Di akhir pernyataannya, Sri Mulyani menegaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan terus dimanfaatkan untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah. Tujuannya adalah untuk mencapai keadilan ekonomi yang merata di seluruh Indonesia. Dengan pendekatan ini, pemerintah berharap bisa menciptakan sistem ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.